Dalam dunia bisnis dan keuangan, istilah divestasi sering kali muncul saat perusahaan memutuskan untuk mengurangi atau melepaskan kepemilikan atas aset yang mereka miliki. Aset yang dilepas bisa berupa unit bisnis, anak perusahaan, properti, atau bahkan lini produk tertentu.

Secara sederhana, divestasi adalah kebalikan dari investasi. Jika investasi bertujuan untuk menambah aset demi keuntungan jangka panjang, divestasi justru dilakukan untuk mengurangi kepemilikan atas aset tertentu demi mencapai tujuan strategis tertentu, seperti memperbaiki kondisi keuangan, fokus pada lini bisnis utama, atau menghindari kerugian yang berlarut-larut.

Pengertian Divestasi Menurut Para Ahli

Beberapa pakar ekonomi memiliki definisi yang beragam mengenai divestasi:

  • Benson et al. membagi divestasi menjadi dua jenis utama, yaitu sell-off dan spin-off. Sell-off berarti menjual aset tertentu kepada pihak lain, sedangkan spin-off adalah memisahkan anak perusahaan menjadi entitas mandiri.

  • Rosenfeld (1984) menyebut divestasi sebagai strategi pengalihan aset yang tidak lagi memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

  • Linn & Rozeff (1984) melihat divestasi sebagai bentuk sederhana dari restrukturisasi yang dapat menjadi alat ekspansi bagi pihak pembeli.

  • Sudarsanam (1995) menegaskan bahwa divestasi adalah kebalikan dari akuisisi dan dilakukan sebagai langkah strategi untuk efisiensi.

  • Moin (2004) menyatakan bahwa divestasi bisa menjadi jalan keluar bagi perusahaan untuk mendapatkan dana segar.

Fungsi Divestasi dalam Perusahaan

Divestasi bukan hanya soal menjual aset. Ia juga punya sejumlah fungsi strategis penting bagi perusahaan, antara lain:

  1. Memperbaiki Struktur Keuangan: Dengan menjual aset yang tidak produktif, perusahaan bisa mendapatkan dana segar untuk memperkuat struktur modal atau membayar utang.

  2. Fokus pada Bisnis Inti: Perusahaan besar sering kali terlalu tersebar fokusnya. Divestasi membantu mereka untuk kembali fokus pada lini bisnis utama.

  3. Mengurangi Risiko Kerugian: Melepaskan anak usaha atau unit bisnis yang merugi secara terus menerus bisa menyelamatkan perusahaan induk dari beban finansial yang berlebihan.

  4. Mempermudah Kolaborasi atau Merger: Dalam beberapa kasus, divestasi dilakukan agar suatu unit bisnis bisa lebih fleksibel dan terbuka untuk kerja sama atau merger dengan perusahaan lain.

  5. Meningkatkan Nilai Perusahaan: Kadang, melepas unit bisnis yang tidak sesuai dengan visi perusahaan justru bisa meningkatkan nilai saham di mata investor.

Baca Juga :  Entrepreneur vs Pengusaha: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Contohnya

Jenis-Jenis Divestasi

Divestasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada tujuan dan kondisi perusahaan. Berikut beberapa jenis divestasi yang umum dilakukan:

  1. Sell-Off: Penjualan sebagian atau seluruh unit bisnis kepada pihak eksternal. Biasanya dilakukan untuk mendapatkan dana atau mengurangi beban operasional.

  2. Spin-Off: Unit bisnis atau anak perusahaan dipisahkan menjadi entitas baru dan mandiri. Biasanya sahamnya dibagikan kepada pemegang saham perusahaan induk.

  3. Equity Carve-Out: Perusahaan melepas sebagian kecil saham anak perusahaan melalui penawaran saham perdana atau IPO. Ini memberikan kontrol sebagian kepada publik, namun perusahaan induk tetap dominan.

  4. Split-Off: Pemegang saham diminta memilih antara mempertahankan saham di perusahaan induk atau menukarnya dengan saham anak perusahaan yang akan dipisahkan.

Contoh Nyata Divestasi: Kasus PT Freeport Indonesia

Salah satu contoh divestasi yang sempat jadi sorotan publik adalah kasus PT Freeport Indonesia. Perusahaan tambang ini melakukan divestasi sebagai bagian dari kebijakan pemerintah Indonesia yang mengharuskan perusahaan asing yang beroperasi di sektor strategis agar kepemilikannya dikuasai oleh negara atau masyarakat lokal.

Dalam kasus ini, PT Freeport melepas sebagian besar sahamnya agar dapat dikelola oleh Pemerintah Daerah Papua melalui BUMD. Tujuannya bukan hanya soal kepatuhan terhadap regulasi, tapi juga demi mendorong pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Papua.

Alasan Umum Perusahaan Melakukan Divestasi

Selain karena kebijakan pemerintah, divestasi bisa terjadi karena beberapa alasan, antara lain:

  • Anak perusahaan merugi: Untuk menghindari kerugian berkelanjutan, perusahaan memilih untuk melepas anak usaha yang tidak menguntungkan.

  • Perubahan strategi perusahaan: Kadang perusahaan mengubah arah bisnis dan memilih melepas unit yang tidak relevan.

  • Unit bisnis ingin berdiri sendiri: Ada kalanya anak perusahaan cukup kuat untuk mandiri, dan perusahaan induk melepaskannya agar lebih fleksibel berkembang.

Baca Juga :  Ide Bisnis Kuliner Rumahan di Makassar

Dampak Divestasi bagi Perusahaan

Divestasi punya dampak yang signifikan, baik secara keuangan maupun operasional. Berikut beberapa dampak utamanya:

  1. Penerimaan Dana Segar: Dalam jangka pendek, perusahaan akan menerima dana dari hasil penjualan aset, yang bisa digunakan untuk membayar utang atau reinvestasi.

  2. Rebalancing Neraca Keuangan: Aset dan utang akan berkurang sesuai bagian yang dijual. Ini bisa memperbaiki struktur neraca perusahaan.

  3. Kehilangan Potensi Pendapatan: Di sisi lain, perusahaan akan kehilangan potensi profit dari unit usaha yang telah dijual.

  4. Perubahan Citra di Mata Investor: Tergantung pada konteksnya, divestasi bisa dinilai positif karena perusahaan fokus pada efisiensi, atau negatif jika dianggap sebagai tanda penurunan performa.

Divestasi bukan sekadar “menjual aset”, tapi sebuah strategi yang bisa memberikan manfaat besar bagi keberlangsungan bisnis. Dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi penyelamat keuangan perusahaan. Dalam kasus lain, bisa jadi strategi untuk berkembang lebih sehat dan fokus.

Bagi Anda yang ingin mencatat semua transaksi keuangan dan aset perusahaan secara rapi, penggunaan software akuntansi seperti Accurate Online bisa sangat membantu. Dengan fitur-fitur lengkap mulai dari pencatatan arus kas, laporan keuangan, hingga pengelolaan aset, Accurate Online akan mempermudah proses divestasi atau akuisisi dalam bisnis Anda.

Nikmati kemudahan mengelola keuangan bisnis Anda tanpa repot. Coba Accurate Online gratis selama 30 hari dan rasakan perbedaannya sekarang juga!

Accurate Online