Semua sudah pasti memahami bahwa setiap perusahaan memiliki aset-aset, baik dalam bentuk benda berwujud maupun tidak berwujud. Nilai aset-aset tersebut setiap tahunnya selalu berubah, bisa menurun bisa meningkat. Perubahan nilai aset-aset perusahaan tersebut disebut sebagai Depresiasi dan Amortisasi yang harus diperhitungkan karena memberikan dampak pada perusahaan.

Pengertian Aset Perusahaan

Sebelum masuk ke dalam penjelasan tentang Depresiasi dan Amortisasi, ada baiknya untuk mengetahui hal yang mendasarinya yaitu aset atau disebut juga dengan aktiva.

Aset atau aktiva ini merupakan sebuah sumber kekayaan yang dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. Aset atau aktiva ini bisa memiliki wujud fisik seperti tanah, kendaraan maupun mesin dan aset yang tidak berwujud, seperti goodwill dan paten.

Baik berwujud maupun tidak, aset perusahaan ini sangat penting untuk dijaga dan dihitung nilainya dari waktu ke waktu.

Aset merupakan bagian yang penting dalam perusahaan karena tanpa adanya aset perusahaan akan kesulitan dalam beroperasi. Apalagi nilai-nilai aset atau aktiva perusahaan ini berubah-ubah dan cenderung menyusut setiap tahunnya.

Penyusutan nilai aset ini harus diperhitungkan karena dapat memberikan pengaruh pada perusahaan seperti urusan perpajakan hingga nilai bisnis yang tidak tepat.

Mari ambil contoh aset perusahaan berupa mesin-mesin kerja. Setiap tahunnya, mesin-mesin kerja ini tentu mengalami degradasi kemampuan yang membuat nilainya turun.

Nilai yang turun dari mesin-mesin kerja ini membuat nilai kekayaan perusahaan juga ikut menurun. Mengingat aset sendiri secara fisik ada dua, yaitu aset berwujud maupun aset tak berwujud, maka biaya penyusutannya juga harus dibedakan untuk masing-masing jenis aset atau yang dikenal dengan Depresiasi dan Amortisasi.

Pengertian Depresiasi

Istilah depresiasi mungkin sudah sering didengar di telinga, terutama bagi orang-orang yang berkaitan langsung dengan akuntansi. Depresiasi sendiri diartikan sebagai alokasi biaya penyusutan terhadap aset-aset perusahaan yang berwujud selama periode tertentu. Periode tertentu tersebut merupakan sebuah rentang waktu dalam pemanfaatan aset yang dimaksud.

Seperti yang sudah dibahas di atas bahwa aset-aset perusahaan ini nilainya cenderung menurun, terutama aset-aset berbentuk fisik. Meskipun secara faktual, ada aset berupa tanah yang nilainya cenderung naik setiap tahunnya, tetapi aset fisik lainnya cenderung akan turun nilainya.

Baca Juga :  7 Keuntungan Pake Jasa Influencer untuk Bisnis

Setidaknya ada tiga faktor yang memberikan pengaruh terhadap penyusutan terhadap aset-aset berwujud fisik atau aset tetap ini. Yang pertama adalah Acquisition Cost yang paling berpengaruh terhadap penyusutan, Salvage Value yang muncul ketika aset akan dijual, dan Economical Life Time atau jenis umur yang dapat diperhitungkan dalam perhitungan aset.

Pengertian Amortisasi

Lain Depresiasi, lain pula Amortisasi. Amortisasi secara bahasa berasal dari bahasa Inggris yang artinya membawa mati. Namun di dalam dunia akuntansi dan perpajakan, Amortisasi diartikan sebagai suatu prosedur pembayaran utang secara bertahap. Karena pembayaran utang dilakukan secara bertahap, maka Amortisasi ini memiliki jangka waktu periode tertentu.

Amortisasi adalah praktik menyebarkan biaya aset tidak berwujud selama masa manfaat aset itu. Aset tidak berwujud bukanlah aset fisik semata. Contoh aset tidak berwujud yang dibebankan melalui amortisasi dapat mencakup:

  • Paten dan merek dagang
  • Perjanjian waralaba
  • Proses kepemilikan, seperti hak cipta
  • Biaya penerbitan obligasi untuk meningkatkan modal
  • Biaya organisasi

Tidak seperti depresiasi, amortisasi biasanya dibebankan dengan metode garis lurus, yang berarti jumlah yang sama dibebankan pada setiap periode selama masa manfaat aset. Selain itu, aset yang dibebankan dengan metode amortisasi biasanya tidak memiliki nilai jual kembali atau nilai sisa, tidak seperti depresiasi.

Penting untuk diperhatikan konteksnya saat menggunakan istilah amortisasi karena istilah itu mengandung arti lain. Jadwal amortisasi sering kali digunakan untuk menghitung serangkaian pembayaran pinjaman yang terdiri dari pokok dan bunga dalam setiap pembayaran, seperti dalam kasus hipotek.

 

Perbedaan Depresiasi dan Amortisasi

Perbedaan Depresiasi dan Amortisasi

Meski sama-sama diartikan sebagai biaya penyusutan aset atau aktiva, tetapi ada beberapa perbedaan yang nyata antara Depresiasi dan Amortisasi. Berikut ini ada beberapa aspek yang membedakan antara kedua biaya penyusutan aset yang wajib diperhitungkan oleh perusahaan tersebut.

1. Aset yang Diperhitungkan

Perbedaan antara kedua biaya penyusutan aset tersebut adalah berupa aset yang diperhitungkan. Dalam menghitung Depresiasi, biaya penyusutan aset hanya memperhitungkan aset-aset yang berwujud fisik seperti tanah, mesin, kendaraan, dan sebagainya. Sementara Amortisasi menghitung penyusutan terhadap aset-aset yang tidak berwujud fisik.

Baca Juga :  Pentingnya Cloud Computing Bagi Pengembangan Usaha Anda

Contoh aset yang tidak berwujud fisik di antaranya adalah hak paten atau copyright yang dimiliki oleh perusahaan. Selain itu Amortisasi juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai metode pembayaran utang secara bertahap. Contohnya adalah cicilan kendaraan, Kredit Tanpa Agunan, KPR, atau kartu kredit.

2. Fungsi Perhitungan

Perhitungan Amortisasi lebih ditujukan untuk mencerminkan nilai aset perusahaan bila aset tersebut akan dijual kembali.

Sementara depresiasi lebih ditujukan berfungsi sebagai suatu alat agar perusahaan dapat memelihara dan menerima pendapatan pada bulan harta tertentu. Meskipun pada akhirnya, antara Depresiasi dan Amortisasi ini sama-sama memiliki fungsi untuk menghitung perubahan nilai aset perusahaan pada masa depan.

Mengapa Depresiasi dan Amortisasi Wajib Diperhitungkan

Menghitung Depresiasi maupun Amortisasi ini wajib dilakukan oleh semua perusahaan. Berikut ini ada beberapa alasan pentingnya menghitung Depresiasi dan Amortisasi bagi sebuah perusahaan.

1. Perhitungan Nilai Total Bisnis yang Tidak Tepat

Baik Depresiasi maupun Amortisasi berfungsi untuk menghitung biaya penyusutan yang terjadi pada aset-aset perusahaan.

Dengan menghitung Depresiasi maupun Amortisasi, perusahaan dapat mengetahui berapa nilai penyusutan dan berapa nilai akhir suatu aset pada satu periode. Sehingga perusahaan dapat mengetahui berapakah nilai total bisnis yang sebetulnya.

Sebaliknya, bila kedua hal tersebut tidak diperhitungkan secara akurat, maka nilai total bisnis suatu perusahaan tidak bisa diketahui secara tepat. Secara tidak langsung juga, perusahaan tidak akan mengetahui besar laba bisnis yang seharusnya ia terima. Selain itu, perusahaan juga tidak bisa melihat kondisi keuangan perusahaan yang sebetulnya bila tidak menghitung dua hal tersebut.

2. Permasalahan Perpajakan

Bila tidak menghitung Amortisasi dan Depresiasi, ada masalah lain yang akan dihadapi perusahaan yaitu berkaitan dengan perpajakan. Biasanya, perusahaan betul-betul menghindari permasalahan dengan perpajakan karena membutuhkan proses yang lama dalam penyelesaiannya.

Baca Juga :  Memahami Laporan Laba Rugi Untuk UKM dan Bisnis Kecil

Kaitannya dengan Amortisasi dan Depresiasi, perhitungan kedua hal tersebut dapat memengaruhi besaran pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan setiap tahunnya. Perhitungan Amortisasi dan Depresiasi yang tidak tepat akan membuat perhitungan laba perusahaan yang tidak tepat pula.

Sehingga secara tidak langsung akan berdampak pada besaran pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan berdasarkan laba yang didapatnya. Kesalahan sedikit maupun banyak akan memberikan terkait pajak bisa memberikan permasalahan yang cukup pelik bagi perusahaan.

3. Masa Pakai Aset yang Tidak Tepat

Perhitungan Amortisasi dan Depresiasi selain bertujuan untuk menghitung biaya penyusutan aset, juga berfungsi untuk menghitung masa pakai asetnya. Menghitung Amortisasi dan Depresiasi dapat membantu perusahaan untuk menentukan waktu mengganti aset dan memaksimalkan masa pakainya.

Namun bila perhitungannya tidak tepat, perusahaan bisa keliru dalam menentukan masa penggunaan asetnya. Hal ini tentu dihindari oleh perusahaan agar tidak mempengaruhi arus keuangan perusahaan.

Contohnya saja bila tidak tepat menghitung biaya penyusutan suatu mesin, perusahaan tidak bisa menentukan kapan mesin tersebut harus diganti. Bila keliru, bisa-bisa perusahaan bisa salah mengambil keputusan terhadap mesin tersebut dan terpaksa mengeluarkan anggaran tambahan.

Kesimpulan

Meski memiliki beberapa perbedaan, tetapi baik Depresiasi maupun Amortisasi merupakan suatu komponen penting yang harus diperhitungkan oleh perusahaan. Perhitungan Depresiasi dan Amortisasi harus dilakukan dengan cermat karena bisa memberikan dampak yang besar pada keuangan perusahaan.

Kesulitan menghitung aset pada usaha? Anda bisa menggunakan software akuntansi yang memiliki fiitur penghitungan aset seperti Accurate Online.

Accurate Online adalah software akuntansi berbasis cloud yang sudah dipercaya oleh lebih dari 300 ribu pengguna dan memiliki fitur terlengkap seperti fitur pencatatan pengeluaran dan pemasukan, multi gudang, penghitungan aset tetap, pelaporan dan penghitungan perpajakan, otomasi lebih dari 200 jenis laporan keuangan dan masih banyak lagi.

Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini: