Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah total biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam memperoleh atau memproduksi barang yang dijual selama periode tertentu. Laporan HPP sangat penting dalam menentukan harga jual dan menghitung laba kotor (gross profit).
Dalam bisnis, HPP tidak sama dengan harga jual. Harga jual harus lebih tinggi dari HPP agar perusahaan mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, perhitungan HPP yang akurat sangat penting dalam strategi keuangan perusahaan.
Metode Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Terdapat tiga metode utama dalam menghitung HPP:
1. Metode FIFO (First In First Out)
FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli adalah barang yang pertama kali dijual. Metode ini cocok untuk kondisi inflasi karena harga pokok yang lebih rendah menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi.
2. Metode LIFO (Last In First Out)
LIFO menghitung HPP berdasarkan barang yang terakhir dibeli. Jika terjadi inflasi, metode ini menghasilkan HPP yang lebih tinggi dan laba kotor yang lebih kecil.
3. Metode Rata-Rata (Average Method)
Metode ini menghitung harga pokok dengan mengambil rata-rata biaya barang yang tersedia selama periode tertentu. Ada tiga cara dalam metode ini:
- Simple Average Method: Jumlah pembelian dibagi total unit barang.
- Moving Average Method: Harga beli dikalikan jumlah barang, lalu dibagi total unit barang yang dibeli.
- Weighted Average Method: Menggunakan harga rata-rata dari seluruh persediaan.
Elemen dalam Laporan HPP
Laporan HPP terdiri dari beberapa elemen penting:
- Biaya Produksi (Bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya overhead).
- Persediaan Awal (Stok awal sebelum produksi dimulai).
- Persediaan Akhir (Stok barang tersisa di akhir periode).
- Pembelian Bersih (Total pembelian dikurangi retur dan potongan pembelian).
- Biaya Angkut Pembelian (Ongkos kirim barang yang ditanggung pembeli).
- Retur Pembelian (Barang yang dikembalikan karena cacat atau rusak).
- Potongan Pembelian (Diskon pembelian dari pemasok).
Cara Menghitung HPP
Langkah-langkah menghitung HPP adalah:
- Tentukan Persediaan Awal
- Contoh: Rp 30.000.000
- Hitung Total Pembelian
- Contoh: Rp 100.000.000
- Hitung Persediaan yang Tersedia untuk Dijual
- Rumus: Persediaan Awal + Total Pembelian
- Contoh: Rp 30.000.000 + Rp 100.000.000 = Rp 130.000.000
- Tentukan Persediaan Akhir
- Contoh: Rp 20.000.000
- Hitung HPP
- Rumus: HPP = Persediaan yang Tersedia untuk Dijual – Persediaan Akhir
- Contoh: Rp 130.000.000 – Rp 20.000.000 = Rp 110.000.000
Contoh Laporan HPP
Contoh 1: Perusahaan Dagang
PT CNRA memiliki:
- Persediaan awal: Rp 40.000.000
- Pembelian: Rp 80.000.000
- Biaya angkut: Rp 1.500.000
- Persediaan akhir: Rp 15.000.000
Perhitungan HPP:
- Total pembelian bersih: Rp 80.000.000 + Rp 1.500.000 = Rp 81.500.000
- Persediaan tersedia: Rp 40.000.000 + Rp 81.500.000 = Rp 121.500.000
- HPP: Rp 121.500.000 – Rp 15.000.000 = Rp 106.500.000
Contoh 2: Perusahaan Manufaktur
PT Tiga Indonesia memiliki transaksi sebagai berikut:
- Persediaan awal: Rp 50.000.000
- Total pembelian: Rp 90.000.000
- Biaya angkut: Rp 2.000.000
- Persediaan akhir: Rp 20.000.000
Perhitungan HPP:
- Total pembelian bersih: Rp 90.000.000 + Rp 2.000.000 = Rp 92.000.000
- Persediaan tersedia: Rp 50.000.000 + Rp 92.000.000 = Rp 142.000.000
- HPP: Rp 142.000.000 – Rp 20.000.000 = Rp 122.000.000
Kesimpulan
Harga Pokok Penjualan (HPP) merupakan elemen penting dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan perhitungan yang tepat, bisnis dapat menentukan harga jual yang sesuai dan memperoleh keuntungan yang optimal. Menggunakan metode FIFO, LIFO, atau rata-rata dalam menghitung HPP sangat bergantung pada strategi bisnis dan kondisi pasar.